Womanindonesia.co.id – Batik adalah warisan budaya Indonesia yang diakui dunia. Terlebih setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya takbenda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 2 Oktober 2009 silam.
Penelitian yang dilakukan Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya pada 2015 mencatat, setidaknya ada 5.849 motif batik Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Nah, dalam rangka HUT ke-495 Jakarta, kita akan mengulas tentang batik Betawi.
Batik Betawi
Dilansir dari wikipedia, batik Betawi adalah kerajinan tradisional masyarakat Jakarta. Pembuatannya diawali pada abad ke-19. Motif awalnya mengikuti corak batik wilayah pesisir utara Pulau Jawa, yaitu bertemakan pesisiran.
Corak batik Betawi memperoleh pengaruh dari kebudayaan Tiongkok, terutama dalam penggunaan warna dasar. Batik Betawi menggunakan warna merah, hijau, kuning, dan biru yang cerah. Pengaruh budaya Islam juga terlihat pada motif yang tergambar pada kain batik.
Motif batik Betawi memiliki medali, wajit, dan kembang. Beberapa motifnya juga memiliki gambar kaligrafi yang menjadi ciri khas motif Timur Tengah. Penggunaan kaligrafi diperkenalkan oleh Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon melalui batik Demak dan Batik Cirebon.
Selain itu, penggambaran makhluk hidup hanya sebagai simbol untuk menyampaikan pesan. Salah satunya ialah buaya yang oleh masyarakat Betawi dianggap sebagai simbol kesetiaan kepada pasangan hidup.
Batik Betawi menggunakan motif yang dikembangkan dari bentuk segitiga. Motif segitiga yang digunakan adalah segitiga sama kaki dengan sudut lancip yang saling terhubung. Motif-motif yang dihasilkan yaitu motif penari cokek, tumpal, mancungan, dan pucuk rebung.
Motif-motif ini kemudian dikembangkan dan dikelompokkan menjadi ragam hias flora, fauna, geometris, kesenian tradisional, bangunan ikonik dan bersejarah, makanan tradisional, cerita rakyat, dan permainan anak.
Ada empat motif yang menjadi karakteristik batik Betawi yaitu:
Motif ondel-ondel dan tanjidor
Motif Ondel-ondel dan Tanjidor menggunakan ondel-ondel dan tanjidor sebagai gambar utama. Ondel-ondel dimaknai sebagai penolak bencana dan pengusir makhluk halus yang gentayangan. Sedangkan Tanjidor adalah orkes khas kesenian Betawi yang menggunakan alat musik tiup.
Ondel-ondel digambarkan secara utuh dengan garis lurus yang disusun memancar membentuk kembang api. Warna dasar yang digunakan adalah hitam, kuning, dan jingga. Motif ondel-ondel pada Batik Betawi menampilkan boneka laki-laki dan perempuan dengan pakaian tradisional Betawi. Ondel-ondel lainnya ini dihiasi dengan hiasan bunga kelapa.
Motif ondel-ondel pucuk rebung
Motif ondel-ondel pucuk rebung ini menyampaikan pesan bahwa masyarakat Betawi yang jujur dan apa adanya. Warna hijau dan biru digunakan sebagai warna dasar. Ondel-ondel digambarkan di tengah kain, sedangkan pucuk rebung digambarkan pada bagian tepi kain.
Motif penari cokek
Motif penari cokek menggunakan tari cokek sebagai temanya. Para penari cokek digambarkan sedang menari di sebelah tugu Monumen Nasional atau Monas. Latar dari penari dan tugu adalah hiasan bunga kelapa. Warna dasar dari kain adalah merah dan jingga. Penari cokek, tugu Monumen Nasional dan bunga kelapa digambarkan dengan warna putih.
Motif parang
Motif parang menggambarkan mulut buaya yang memperlihatkan gigi-giginya yang tajam. Tubuh buaya tidak digambarkan seluruhnya, tetapi hanya berupa garis-garis yang membentuk gambar rahang buaya yang panjang. Buaya dijadikan sebagai lambang kesetiaan kepada pasangan.
Pada awalnya, batik Betawi menggunakan motif pesisiran yang mirip dengan batik Pekalongan, batik Lasem, dan batik Cirebon. Tema yang digambarkan berupa pemandangan alam Indonesia, Eropa, dan Jawa Hokokai.
Motif yang digunakan yaitu jamblang, babaran kalengan, dan jelamprang. Batik Betawi digunakan sebagai pakaian dan penutup perlengkapan dalam rumah. Selain itu, batik Betawi juga digunakan sebagai perlengkapan dan pakaian suci untuk mengusir makhlus halus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News